Gedung tempat saya bekerja saat ini dipenuhi oleh perusahaan2 yang beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Di dekat tempat parkiran ada fasilitas kamar mandi yang selalu dimanfaatkan oleh para karyawan yang bertugas pada malam sebelumnya, yang lembur, dan lain-lain. Pastilah jumlah kamar mandi ini jauh lebih sedikit dibanding jumlah orang yang menggunakannya. Bisa ditebak, para pengguna harus antri jika ingin menggunakan kamar mandi di jam2 sibuk. Sibuk untuk mandi tentunya.
Perkiraan saya tentang para penghuni kantor2 yang berbau Teknologi Informasi, terutama karena saya sering melihat orang asing berkeliaran di gedung ini, tentu bahwa mereka sudah cukup beradab dan tahu mana yang harus didahulukan. Saya pribadi telah mempraktekkan itu. Kenyataan rupanya berkata lain.
Barusan saya turun untuk menggunakan kamar mandi. 2 kamar mandi yang tersedia sedang penuh, dan ada seorang calon pengguna yang sedang antri. Sayapun duduk di kursi yang kebetulan sedikit jauh dari kamar mandi yang diincar, dengan maksud mengantri tentunya. Beberapa saat berikutnya, seorang berpakaian lusuh (kaos oblong, pake topi, pake sendal kayak yg mau ke mesjid, gaya orang kampung lah) datang, juga untuk mengunakan kamar mandi, dan terkesan mengantri juga tapi berdiri agak lebih dekat ke kamar mandi yang diincar.
Setelah menunggu, akhirnya 1 pintu kamar mandi terbuka dan seseorang keluar, kebetulan saya yang melihat pertama kali, dan tentu saya kasih tahu si orang yang sudah mengantri lebih dulu, "Silakan Mas, ada yang kosong tuh." Si Mas itupun segera beranjak ke arah kamar mandi.
Tapi apa lacur, seseorang yang baru datang (nampaknya baru turun dari motor) langsung meluncur masuk ke kamar mandi yang kosong tanpa melihat bahwa sudah ada 3 orang yang sudah menunggu untuk menggunakan kamar mandi. Orang ini berpenampilan necis. Kemeja putih salur2, rambut pendek terurus, ID card yang dikalungkan ke leher dengan tali gantungan besar (kayak kalung henpon), pokoknya terkesan keren lah. Dengan kecewa, si mas yang tadi berdiri di depan kamar mandi tanpa bisa berbuat apa2. Untung hanya sekitar semenit kemudian, kamar mandi satunya kosong.
5 menit berlalu, akhirnya si orang necis yang "nyelak antrian" tadi keluar. Semua juga pasti bisa ngerti kalau saat ini adalah bagian saya menggunakan kamar mandi. Sayapun berdiri dan mulai melangkah. Tapi saya dibuat kaget. Si orang dengan dandanan ngampung yang datang sesudah saya, langsung masuk aja ke kamar mandi kosong tanpa terlebih dulu melihat2 sekitar apakah ada yang sudah antri sebelum dia atau tidak.
"Hebat orang ini," saya pikir. Jelas2 semua yang ada di sekitar situ datang sebelum dia. Tapi dengan penuh kenikmatan langsung mengunakan fasilitas umum yang digunakan bergiliran secara mengantri. Minimal liat2 dulu kanan-kiri lah, kalau ada yang potensial menjadi calon pengguna apa salahnya tanya dulu, toh jelas2 dia datang ke situ paling akhir. Dan tampang saya yang mengantuk dengan rambut kusut serta nenteng kantong kresek berisi handuk dan sabun jelas tidak menunjukkan kalau saya ini supervisor crew cleaning-service gedung.
Hhhh... Rupanya banyak bule serta orang Korea di gedung ini tidak membuat para inlander menjadi lebih beradab. Orang dengan dandanan ngampung dan orang dengan dandanan ngota sama aja gobloknya. Pantesan aja Indonesia gak bisa maju. Orang2nya cuman sedikit yang mau mikir. Gara2 apa ini ya?
Perkiraan saya tentang para penghuni kantor2 yang berbau Teknologi Informasi, terutama karena saya sering melihat orang asing berkeliaran di gedung ini, tentu bahwa mereka sudah cukup beradab dan tahu mana yang harus didahulukan. Saya pribadi telah mempraktekkan itu. Kenyataan rupanya berkata lain.
Barusan saya turun untuk menggunakan kamar mandi. 2 kamar mandi yang tersedia sedang penuh, dan ada seorang calon pengguna yang sedang antri. Sayapun duduk di kursi yang kebetulan sedikit jauh dari kamar mandi yang diincar, dengan maksud mengantri tentunya. Beberapa saat berikutnya, seorang berpakaian lusuh (kaos oblong, pake topi, pake sendal kayak yg mau ke mesjid, gaya orang kampung lah) datang, juga untuk mengunakan kamar mandi, dan terkesan mengantri juga tapi berdiri agak lebih dekat ke kamar mandi yang diincar.
Setelah menunggu, akhirnya 1 pintu kamar mandi terbuka dan seseorang keluar, kebetulan saya yang melihat pertama kali, dan tentu saya kasih tahu si orang yang sudah mengantri lebih dulu, "Silakan Mas, ada yang kosong tuh." Si Mas itupun segera beranjak ke arah kamar mandi.
Tapi apa lacur, seseorang yang baru datang (nampaknya baru turun dari motor) langsung meluncur masuk ke kamar mandi yang kosong tanpa melihat bahwa sudah ada 3 orang yang sudah menunggu untuk menggunakan kamar mandi. Orang ini berpenampilan necis. Kemeja putih salur2, rambut pendek terurus, ID card yang dikalungkan ke leher dengan tali gantungan besar (kayak kalung henpon), pokoknya terkesan keren lah. Dengan kecewa, si mas yang tadi berdiri di depan kamar mandi tanpa bisa berbuat apa2. Untung hanya sekitar semenit kemudian, kamar mandi satunya kosong.
5 menit berlalu, akhirnya si orang necis yang "nyelak antrian" tadi keluar. Semua juga pasti bisa ngerti kalau saat ini adalah bagian saya menggunakan kamar mandi. Sayapun berdiri dan mulai melangkah. Tapi saya dibuat kaget. Si orang dengan dandanan ngampung yang datang sesudah saya, langsung masuk aja ke kamar mandi kosong tanpa terlebih dulu melihat2 sekitar apakah ada yang sudah antri sebelum dia atau tidak.
"Hebat orang ini," saya pikir. Jelas2 semua yang ada di sekitar situ datang sebelum dia. Tapi dengan penuh kenikmatan langsung mengunakan fasilitas umum yang digunakan bergiliran secara mengantri. Minimal liat2 dulu kanan-kiri lah, kalau ada yang potensial menjadi calon pengguna apa salahnya tanya dulu, toh jelas2 dia datang ke situ paling akhir. Dan tampang saya yang mengantuk dengan rambut kusut serta nenteng kantong kresek berisi handuk dan sabun jelas tidak menunjukkan kalau saya ini supervisor crew cleaning-service gedung.
Hhhh... Rupanya banyak bule serta orang Korea di gedung ini tidak membuat para inlander menjadi lebih beradab. Orang dengan dandanan ngampung dan orang dengan dandanan ngota sama aja gobloknya. Pantesan aja Indonesia gak bisa maju. Orang2nya cuman sedikit yang mau mikir. Gara2 apa ini ya?
Comments