Skip to main content

Bingung Bahasa

OK, aku bukan ahli bahasa. Bahkan bukan `alih' bahasa. Tapi ada hal2 yang begitu terasa mudah disimpulkan, ternyata banyak orang yang salah dalam menggunakannya.

``Kalimat yang aneh.''

Jangan dipikirkan. Terutama, jangan menyinggung soal ketakmampuanku dalam menyusun struktur bahasa yang benar. Yang mana subjek, yang mana predikat? Pertanyaan itu yang pernah membuatku ingin bunuh diri.

Akhir-akhir ini aku sering nonton TV, maklum, pengangguran. Siaran yang paling sering kutonton adalah Metro TV. Andai tak ada Najwa Shihab, Rahma Sarita, Frida Lidwina, dan Gadiza Fauzi, sepertinya aku harus tak suka Metro. Kata `paska' dan kata-berimbuhan-di sering tampak (bukan `terlihat') pada subtitle maupun News Ticker.

Paska. Bukankah seharusnya `pasca'? Kata itu diserap bukan dari bahasa Inggris tapi Sansekerta (CMIIW). Dan `c' dalam bahasa Sanskrit tidak dibaca `k'. Jadi apa alasannya `pasca' menjadi `paska'? OK, lah, dulu orang sering salah baca tapi tidak salah tulis. Sekarang? Salah baca dan salah tulis. Engga tahu, deh, harusnya gimana. Mungkin para ahli bahasa harus segera menertibkan hal ini. Sebelum kesalahan ini terlanjur membudaya.

`Di' dalam kata dipakai, dibunuh, diserang, dimengerti, dll, adalah imbuhan. Biasanya dipakai dalam kalimat pasif. Misalnya, ``Roti dimakan oleh Dudi.'' Penulisannya imbuhan dengan kata yang diberi imbuhan haruslah disatukan. Jika dipisah, artinya `di' adalah sebuah kata (bukan imbuhan) yang menyatakan letak (tempat). Tapi yang sering tampak di televisi adalah: `di makan', `di serang', `dikedalaman', dan banyak kesalahan lain.

``Sudahlah, itu, kan, bukan urusan kita.''

Kau benar. Kita hanya praktisi bahasa, bukan pakar.

Comments